Ramadhan dan Ogoh-ogoh

ogoh-ogoh
Gambar dari Flickr

Beberapa hari lagi Ramadhan tiba.  Kaum ibu mulai mengambil ancang-ancang, pengusaha bersiap-siap.  Jika kaum Ibu sudah mulai membersihkan rumah, membeli kain untuk abaya lebaran, sampai  mengumpulkan minyak goreng, sirup dan gula sementara harga bergerak naik.  Pengusaha sudah mengantisipasinya dengan menyetok sebanyak mungkin gudang mereka dengan semua bahan makanan, mulai dari sirup, tepung, beras hingga aqua galon dan gas.

Walaupun tidak sama, bisa saja ibadah puasa ramadhan disejajarkan dengan nyepi: sebuah ibadah tanpa api, tidak boleh berkegiatan, tidak boleh bepergian,  tidak makan minum dan tidak boleh bersenang-senang.  Hari raya Nyepi adalah sebuah oase, kuil sepi di dunia yang silau dan riuh rendah, sebuah moratorium kerakusan, sebuah momen untuk berhenti, jeda, untuk menyucikan diri dari pengaruh buruk nafsu serakah.  Hari ini bahkan diadaptasi oleh dunia dalam Earth Hour.


Tetapi tidak, bulan ramadhan lebih mirip hari sebelum nyepi yaitu hari ketika ogoh-ogoh diarak.  Ogoh-ogoh melambangkan sifat-sifat buruk yang meraksasa, bergerak-gerak liar kekiri dan ke kanan hingga akhirnya dilarung ke laut.  Jika pawai ogoh-ogoh dilaksanakan sehari, ramadhan sebulan.

Di bulan ramadhan Butha Kala seperti sedang merajalela.  Wajahnya yang memerah membayang dilangit.  Keriuhan dimulai dari pukul 2 pagi.  Terdapat patroli yang sangat berjasa untuk membangunkan orang-orang yang diasumsikan tidak punya alarm di handphone mereka, visinya adalah membuat kegaduhan supaya semua orang bangun dari tidur nyenyak mereka.  Di pagi dini hari ini diberkatilah para ibu yang menyiapkan makanan sahur seorang diri, membangunkan anggota keluarga mereka ketika semua sudah siap terhidang diatas meja.  

Demi kelancaran ibadah ini pemerintah mengeluarkan undang-undang agar pengusaha membayar gaji tambahan.  Orang yang berpuasa sangat menganggap tinggi dirinya.  Dia tidak boleh diganggu dengan gangguan sedikitpun dalam puasanya, dan tidak kuasa melihat restoran yang buka sehingga harus tutup disiang hari (setidaknya di Serang, seperti berita ini: Beroperasi Selama Ramadan, Pengusaha Restoran Diancam Penjara).  Kalau ngotot tetap buka maka pasukan Batara Kala siap menghancurkan restoran itu dengan bengis.  Bagi yang bukan muslim atau tidak berpuasa dan berada diperjalanan, salah sendiri kalau tidak membawa bekal, bahkan lebih baik kalau tidak makan, karena orang yang sedang puasa menuntut rasa hormat yang tinggi.

Ketika hari semakin sore, Butha Kala semakin memerah.  Antrian ditempat yang menjual makanan berbuka mengular, kerongkongan kering dan badan lunglai.  Lalu lintas macet, nafsu amarah memuncak.  Tivi dinyalakan mencari channel yang membunyikan beduk tercepat.  Teh manis disiapkan, piring penuh dengan nasi dan laukpauk sudah siap dihadapan sementara menunggu beduk.  Kolak, es campur, gorengan berderet rapi.  Tentu saja hal terpenting dibulan ramadhan adalah shalat tarawih.  Semua mesjid penuh diawal ramadhan sebelum berangsur-angsur sepi kembali.  Ketika ramadhan hampir berakhir berlomba-lomba keluarga-keluarga melakukan perjalanan kekampung halaman melalui darat laut dan udara.   Proses yang melelahkan melibatkan perjalanan berjam-jam dikepung kemacetan.

Sayang sekali, bulan yang sangat suci yang ditunggu-tunggu ini telah berubah menjadi bulan yang riuh dan rakus.  keberkahan ini kini identik dengan keriuhan,  pengeluaran besar, dan kerakusan sebelum berakhir dalam pesta bermaaf-maafan  yang penuh dengan baju baru, kue dan panganan.  Apakah idul fitri itu sama dengan idul fitrah atau sekedar pesta fitr tidak menjadi masalah.

Ramadhan seharusnya menjadi bulan hening untuk menyucikan diri dan menghilangkan nafsu serakah, bulan untuk beritikaf.  Sebuah momen jeda untuk menghormati turunnya kitab suci Islam.

Selamat berpuasa, selamat Ramadhan!

Ket: Untuk informasi, saya bukan orang Bali dan tidak ada maksud membenturkan Islam dengan Hindu Bali.

Comments

  1. Sebuah sindiran yang tak terungkap. Jika ibadah itu dari dalam hati, yang tersebut diatas tak akan jadi penghalang.

    averrouss.blogspot.com

    ReplyDelete

Post a Comment