Detoks Agama: Langkah Menuju Kedamaian Hati

Hagen - Freilichtmuseum Hagen - kleinerer Stausee


Tulisan ini ditujukan khusus untuk anda yang sedang galau dan bimbang secara spiritual atau rohani.  Ya, ini tentang kebimbangan dalam beragama.   Kebimbangan merupakan hal yang sangat manusiawi, karena kita punya otak (yang terbesar dibandingkan mahluk lain) dan pikiran.

Kebimbangan dapat menerpa ketika kita berbenturan dengan hal yang tidak masuk akal dalam ranah agama.  Bisa dari ujaran pemuka agama, ataupun dari kitab suci yang sangat sukar dicerna karena konon banyak perlambangnya, atau dari situasi masa kini yang semakin membuat anda bertanya-tanya: apakah agama membuat orang menjadi lebih baik?


Ciri ciri dari orang yang berada dalam kegalauan dan kebimbangan spiritual antara lain:

Merasa tertekan dan terpaksa dalam menjalankan kewajiban kewajiban beragama
Merasa diri selalu kurang baik.  Walaupun sudah berusaha menjalankan ritual ritual agama, tetap merasa kurang baik.  Mengakibatkan merasa selalu bersalah karena tidak bisa menjalankan seluruh perintah perintah dalam agama, mengakibatkan ada rasa bersalah yang selalu mengganjal perasaan.
Merasa munafik.  Dalam beragama merasa kegiatannya dilakukan untuk menyenangkan orang lain, bukan untuk diri sendiri.
Dalam kebingungan.  Terlalu banyak aturan, terlalu banyak larangan, terlalu sedikit yang dimengerti dari kitab suci.  Banyak aturan yang menghina akal sehat sehingga tidak pernah dilaksanakan.
Lelah.  Entah karena terus berpura pura menganggap agama adalah hal terpenting di dunia, atau lelah melihat tingkah laku orang-orang yang mengaku beragama, atau lelah berpura pura meyakini agama.
Mempertanyakan kebenaran kitab suci dan kisah kisah lain dalam legenda beragama.   Juga mempertanyakan logika kitab suci yang tidak masuk akal di jaman ini.


Untuk menuju ke tahap selanjutnya juga diperlukan karakteristik tersendiri.  Hal ini bukan untuk semua orang.  Karakteristik yang diperlukan untuk menuju ke tahap selanjutnya adalah anda harus:

Berjiwa bebas dan unik.  Anda bukan seorang follower, tidak merasa perlu sama dan seragam untuk bisa diterima oleh orang lain.
Penuh rasa ingin tahu
Berjiwa petualang
Berani

Inilah saatnya anda untuk mulai melihat alternatif lain yang barangkali tidak pernah terpikirkan karena seumur hidup kita selalu ada dalam dunia beragama.

Jangan sampai anda terus mengalami perasaan ini seumur hidup dan menepis akal sehat anda, terpaksa menelannya, berusaha meracuni pikiran anda sendiri dengan logika logika yang dicari cari agar pikiran anda tenang.  Kebiasaan beragama yang tidak boleh mempertanyakan, yang anda harus terima hanya karena anda lahir dari sebuah keluarga yang menganut agama tersebut.  Agama, yang tadinya berakar dari tradisi, tetapi sekarang malah mencabut tradisi, menggantinya dengan tradisi antah berantah yang asing dan gersang.

Ini saatnya anda untuk melakukan detoks agama.  

Tidak sesukar yang dibayangkan, karena sebetulnya peraturan agama tidak bergitu berperan dalam pembentukan anda hingga saat ini.

Banyak sekali orang (Indonesia) yang tidak pernah membaca kitab sucinya.  Tidak pernah membaca buku hadis (hanya yang dikirim teman teman dari grup).  Semua hal yang berhubungan dengan keagamaan biasanya didapat dari sumber sumber lain, misalnya televisi, radio, kelompok pengajian,  dan yang sekarang paling banyak adalah dari socmed.  Jadi pengetahuan agama anda berasal dari orang yang dianggap lebih tahu agama, bukan dari sumbernya langsung.

Jika anda tidak mendapat pengetahuan pengetahuan agama tersebut, apakah anda menjadi orang yang lebih buruk?

Apakah pengetahuan pengetahuan agama tersebut membantu membuat dunia menjadi lebih baik?

Langkah-langkah untuk melepas agama:

1. Pelajari seluruh agama yang ada.  Cari yang paling rasional menurut anda.  Kalau sudah ketemu silakan mulai bergabung dengan agama tersebut.  Kalau anda tidak menemukan agama lain yang sesuai dengan akal sehat anda,silakan mulai ke langkah #2.
2. Lepaskan.  Tahap ini merupakan langkah simbolis dan dapat dilakukan secara fisik.  Melepas atribut keagamaan ataupun pakaian yang melambangkan agama.
3. Lepaskan ritual.  Berhentilah melakukan ritual agama.  Perhatikan apa dampaknya terhadap perasaan anda.

Lakukan hal ini selama yang anda rasa perlu.  Tidak perlu menyebarkan kepada orang lain, biarlah ini menjadi rahasia anda, karena kita hidup di Indonesia.  Tidak perlu merubah KTP dan tidak perlu menjawab kalau ada yang bertanya apa agamamu, atau jawab saja sesuai yang ada di KTP.  Dan selesai.  Anda sudah tidak beragama.

Jadi, apa yang terjadi sebetulnya?

Lalu sekarang anda bertanya kepada saya: jadi, sekarang saya ada dimana? Apa saya masih bertuhan? Apakah saya melakukan dosa?

Kembali itu jawaban yang harus anda cari sendiri.  Kalau anda yakin Tuhan itu ada, apakah dia marah kepada anda? Mengapa dia marah? Kalau dia Maha Penyayang tentu dia mengerti.

Apakah anda melakukan dosa?  Apa anda melakukan kejahatan? Merugikan orang lain?

Mengenai hari raya keagamaan, apakah harus dilewatkan juga?

Tetap rayakan hari raya keagamaan.  Malah, rayakan semua hari raya agama, atau bersukacita ketika semua hari raya itu datang.  Hari Raya membuat bahagia, malahan anda jadi bebas mau meminta maaf atau sungkem anda tidak merasa menyalahi agama.  Apakah itu menjadikan kita munafik? Tidak juga, karena hari raya keagamaan biasanya berakar jauh sebelum ada agama.  Pikir anda mengapa lebaran orang memasak ketupat? Tentu saja itu tidak ada di arab sana.

Kembali ke tujuan kita diawal tulisan ini.  Setelah anda mempraktekan detoks agama ini; apakah hati anda menjadi lebih damai?

Atau yang lebih ambisius, apakah anda menjadi orang yang lebih baik?

Comments