Terimakasih untuk Islamisasi Politik dari Atheisme

Dengan gencarnya konten WA yang terlihat berafiliasi dengan saracen atau antek-anteknya, membuat tangan gatal ingin membuat tulisan yang lebih menohok untuk mencegah serangan informasi provokatif dan hoax. Apa daya, tulisan tanpa kutipan hadist maupun ayat al Quran terasa kurang afdol dan kurang daya gedornya untuk dishare kembali, juga untuk mendapat gambar jempol dan ucapan: " terimakasih untuk sharenya.. Alhamdulillah/ Allahu akbar/ Masya Allah..."  Apalagi kalau tanpa tulisan: "Jika tidak di share anda akan kena kutil selangkangan dan mendapat azab siksa kubur tujuh turunan" wah kurang viral lah.

Mars
Mars
Sungguh suatu hal yang memusingkan, enerji yang meluap-luap untuk membalas serangan siber radikal terancam layu sebelum berkembang karena terpapar realita ini.  Terpikir untuk mengorek ngorek ayat al Quran dan hadist untuk disisipkan dalam tulisan supaya terlihat sahih, mantap, halal dan thayib.  Tapi hal ini urung dilakukan karena hal yang prinsip: tidak memanfaatkan agama untuk kepentingan pribadi.

Tapi tahukah anda? Ada satu rahasia yang akan saya singkap dengan penuh ketegaan dan ketegaran hati dalam mengungkap hal tabu ini.

Ya betul, inilah hal yang ingin saya sampaikan dalam tulisan ini, realita menohok dari kaum muslim (?) medioker biasa biasa saja yang selalu diam melihat situasi yang bertambah memanas menjelang pilkada, yang menyimpan pemikiran sendiri tetapi segan untuk mengungkapkan perasaan dan isi kepala karena barangkali ...
1. Malas berargumen
2. Tidak mau terlihat berbeda dari populasi umum
3. Pasrah
4. Cari aman
5. Terlalu sibuk
6. Tidak peduli
6. Dll.

Realitas yang akan saya singkap adalah kebangkitan atheisme didalam komunitas muslim.  Berdasarkan pengalaman pribadi diantara teman dan kolega, saya melihat kebangkitan dari gerakan yang sangat mensuport pemikiran pemikiran humanis yang berdasarkan akal sehat, versus pemikiran indoktrinasi islam yang maaf saja tidak ada landasan logikanya.  Gerakan ini dapat dimaklumi, disaat gencarnya serangan dari pasukan islam radikal atau apalah itu, yang mencampur adukkan politik dengan sesuatu hal yang dapat dianggap suci dari surga seperti agama, yang isi pesannya di grup WA antara lain seperti ini:
Apa amal utama saat ini? tahun lalu saat pilkada Jakarta bagi pemilik KTP Jakarta adalah memenangkan lawannya Ahok. Tahun ini adalah memenangkan cabup pilihan ulama bagi pemilik KTP yang melaksanakan pilkada. Tahun depan adalah memenangkan ABJ (asal bukan jokowi).  
Oh pret sekali amalan utama kalian yang menyedihkan...

Dengan isi isi pesan seperti itu setiap hari, sungguh bukan khayalan melihat gerakan viral kaum muda untuk meninggalkan Islam. Gerakan menuju Islam konservatif aka 'murni' aka 'radikal' telah menimbulkan banyak ketidaknyamanan.  Ketakutan berlebihan terhadap patung, LGBT, kebudayaan, kesenian, ilmu pengetahuan dan seluruh hal yang ada di dunia menimbulkan kemuakan yang berakhir pada ketidak pedulian dan bahkan sampai meninggalkan Islam.

Sekarang dengan mudah di semua media sosial dapat ditemukan akun akun ex muslim dari seluruh dunia.  Mereka saling menguatkan apalagi bagi mereka yang hidup di negara muslim.  Ancaman dan teror akibat hal ini tidak tertanggungkan bagi masyarakat di beberapa negara, sehingga jumlahnya tidak bisa terdata dengan benar.  Selain itu hal yang cukup memberatkan adalah ketika hal ini bisa memutuskan hubungan keluarga, ketika berterusterang mengakibatkan kesedihan luarbiasa kepada orang tua sehingga banyak anak muda tidak tega untuk mengatakan yang sebenarnya kepada orang tuanya.

Kembali ke topik, dengan dinamika politik saat ini dimana islam sengaja ditambahkan ke dalam politik sebagai elemen ampuh, yang senjata rahasianya adalah serangan siber, jangan heran kalau semakin banyak kaum muda memilih atheisme sebagai penyelamat mereka.

Salam sayang untuk: Eep Saefulloh Fatah

Comments

Post a Comment