Budha-budha dari Bamiyan adalah patung-patung Buddha yang terletak di tebing Bamiyan, Hazarat, Afghanistan. Dibangun sekitar tahun 500 – 550, Buddha ini tadinya yang tertinggi di dunia. Dua patung yang paling terkenal adalah Buddha raksasa Wirocana dan Sakyamuni, tingginya 55 dan 37 meter.
Badan patung dibuat dari bagian batu tebing, tapi detil-detil wajah, kepala dan tangan merupakan campuran jerami dan lumpur yang dilapis stucco. Material ini tidak tahan lama sehingga bagian tangan, kaki dan wajahnya rusak. Lapisan ini tadinya dibuat mendetil, dan dicat warna merah atau berwarna-warni.
Buddha Besar, tahun 1977
Bamiyan terletak di jalur sutera, yaitu jalur perdagangan caravan yang menghubungkan pasar Cina dengan Asia Barat. Jalur ini juga melewati kepulauan Nusantara pada jaman keemasan Sriwijaya.
Sampai abad ke 11 Bamiyan berada dibawah kerajaan Gandhara. Disitu terletak beberapa biara Buddha dan merupakan pusat agama,filosofi dan seni India. Tempat ini sudah merupakan areal religius dari abad ke 2 hingga masuknya invasi islam pada abad ke 9. Para biarawan hidup mengasingkan diri dan bertapa, tinggal di gua-gua kecil yang dibuat disisi tebing Bamiyan. Tempat ini merupakan landmark kebudayaan paling terkenal didaerah ini dan telah terdaftar di UNESCO sebagai Warisan Dunia.
Pada tahun 2001, atas perintah Mullah Muhammad Umar seorang pemimpin Taliban, patung ini didinamit karena dianggap berhala. Dunia mengecam perbuatan ini dan menyatakan ini sebuah contoh ketidaktoleranan Taliban.
Penghancuran patung oleh Taliban
Di Indonesia terjadi juga penurunan patung-patung di beberapa kota, seperti di Bekasi, Tanjung Balai dan Purwakarta. Walaupun tidak atau belum menyinggung patung-patung yang sudah berusia ratusan tahun, hanya pada patung-patung modern, tapi ini merupakan preseden buruk.
Indonesia dari dulu sudah dipengaruhi oleh kebudayaan yang beragam, gabungan dari kebudayaan lokal yang arif dan pengaruh India, Cina dan Eropa. Ketika kebudayaan Arab mulai merasuki, seharusnya ia tidak berusaha menghilangkan jejak sejarah, tapi bercampur dengan indah sehingga menghasilkan kebudayaan yang kaya dan lebih baik. Keinginan untuk menghilangkan jati diri merupakan bentuk inferioritas. Bagaimana mau menghadapi dan menaklukan dunia jika malu dengan asal-usul diri?
Sumber wikipedia
Badan patung dibuat dari bagian batu tebing, tapi detil-detil wajah, kepala dan tangan merupakan campuran jerami dan lumpur yang dilapis stucco. Material ini tidak tahan lama sehingga bagian tangan, kaki dan wajahnya rusak. Lapisan ini tadinya dibuat mendetil, dan dicat warna merah atau berwarna-warni.
Buddha Besar, tahun 1977
Bamiyan terletak di jalur sutera, yaitu jalur perdagangan caravan yang menghubungkan pasar Cina dengan Asia Barat. Jalur ini juga melewati kepulauan Nusantara pada jaman keemasan Sriwijaya.
Sampai abad ke 11 Bamiyan berada dibawah kerajaan Gandhara. Disitu terletak beberapa biara Buddha dan merupakan pusat agama,filosofi dan seni India. Tempat ini sudah merupakan areal religius dari abad ke 2 hingga masuknya invasi islam pada abad ke 9. Para biarawan hidup mengasingkan diri dan bertapa, tinggal di gua-gua kecil yang dibuat disisi tebing Bamiyan. Tempat ini merupakan landmark kebudayaan paling terkenal didaerah ini dan telah terdaftar di UNESCO sebagai Warisan Dunia.
Pada tahun 2001, atas perintah Mullah Muhammad Umar seorang pemimpin Taliban, patung ini didinamit karena dianggap berhala. Dunia mengecam perbuatan ini dan menyatakan ini sebuah contoh ketidaktoleranan Taliban.
Penghancuran patung oleh Taliban
Di Indonesia terjadi juga penurunan patung-patung di beberapa kota, seperti di Bekasi, Tanjung Balai dan Purwakarta. Walaupun tidak atau belum menyinggung patung-patung yang sudah berusia ratusan tahun, hanya pada patung-patung modern, tapi ini merupakan preseden buruk.
Indonesia dari dulu sudah dipengaruhi oleh kebudayaan yang beragam, gabungan dari kebudayaan lokal yang arif dan pengaruh India, Cina dan Eropa. Ketika kebudayaan Arab mulai merasuki, seharusnya ia tidak berusaha menghilangkan jejak sejarah, tapi bercampur dengan indah sehingga menghasilkan kebudayaan yang kaya dan lebih baik. Keinginan untuk menghilangkan jati diri merupakan bentuk inferioritas. Bagaimana mau menghadapi dan menaklukan dunia jika malu dengan asal-usul diri?
Saya melihatnya lumayan signifikan, memang mudah untuk mengatakan "berhala", namun tanpa disadari oleh yang bersangkutan, mereka tak lebih dari itu, sujud ke arah bangunan batu, mengelilingi batu, mencium batu, berjalan dari batu menuju batu, mengambil batu melempar batu.
ReplyDeleteheh idiot!! mana buktinya kalo kamu sujud ke batu kotak? itu arah!! loe mau diskusi terbuka?? gw jabani!
Deleteada kutipan dari teman yang saya suka:
ReplyDelete"orang yang menghancurkan patung karena dianggap berhala, adalah orang yang paling meyakininya"
it's so true
@momods dan buds : ka'bah di bangun oleh bapak dari para nabi termasuk isa al masih alaihi salam....
ReplyDeletekasihan sekarang kaumnya menerima akibat karmanya tidak bisa hidup tenang, perang terus dan dijajah pihak asing terselubung
ReplyDeleteblog tanpa ilmu...
ReplyDeleteKarma buruk menanti penghancur buddha..
ReplyDeletebudha=pagan! baca aja literaturenya, ga beda ma pagan2 era sumeria, babilon
DeleteKarma buruk menanti penghancur buddha..
ReplyDeletegw tunggu tuhan pagan budha loe menghancurkan gw! gw tunggu!! jgn omdo
DeleteGa ada yg Akan menghancurkan u bloon, Hati u sendiri Dan karma u sendiri yg Akan jalan. U LG nulis reply aja dah darah tinggi, geblek bener.
DeleteHancurkan berhala budha dimanapun anda jumpai.
ReplyDeleteCnth trbaik tlh dtnjukan Mullah Omar.
Bamiyan sgde dinosaurus saja lenyap, apalagi yg kcl.
Easy