Gampang Kok, Ikuti Saja Quran dan Hadist !!

Pernyataan ini sering didengar diucapkan oleh muslim, jika tengah membicarakan persoalan-persoalan dalam agama Islam. Versi lain: "Yang penting ngikutin quran ama hadist, gak usah macem-macem!!" - misalnya ketika membicarakan orang yang dianggap sesat seperti jemaah Ahmadiyah.

101 Hadith Qudsi Title


Pernyataan ini: ikuti quran dan hadist terdengar simpel dan mudah. Walaupun kalau ditelusuri, nasihat ini sebetulnyapun tidak diikuti oleh yang mengaku mengikuti quran dan hadist. Menurut pendapatku, mengikuti quran dan hadist adalah syarat yang harus dipenuhi jika kita dalam keraguan dan kebingungan mengenai sesuatu hal yang berhubungan dengan agama. Misalnya tentang puasa dan shalat: ada ayat al quran yang membicarakan mengenai puasa dan shalat, dan ada hadist-hadist yang menerangkan tentang hal itu. Okei, jadi muslim gak akan bingung.

Tetapi rumusannya tidak selalu seperti itu. Untuk masalah-masalah lain yang dijadikan rujukan ternyata hanya hadist saja. Bukan quran dan hadist. Misalnya untuk masalah sunat, rukun islam, rukun iman, idul fitri, larangan kenajisan anjing, larangan menggambar, larangan menyimpan patung di rumah dan lain-lain dan lain-lain daftar ini masih sangat panjang, karena al quran pada kenyataannya tidak banyak mengandung larangan dan dogma.

Jadi, sebetulnya muslim akan lebih tepat kalau berkata: "ini sangat mudah, ikuti saja quran atau hadist, pasti kamu tidak bingung!".

Tentang kitab suci islam -ini juga menarik- tadinya waktu saya googling saya pikir kitab suci islam adalah al quran dan hadist tapi dari wikipedia indonesia dan inggris, ternyata kedua-duanya sama, mengatakan bahwa kitab suci islam adalah: taurat, zabur (psalm), injil dan al quran. Apaa? gak ada hadist? Menarik kan? ya? nggak? hehee

Comments

  1. Assalamualaikum.
    Sebelumnya saya mau nanya dulu sama masnya,
    mas muslimkan?

    kok bisa ga tau perbedaan al-quran sama al-hadist.hehe
    Taurat,zabur sama injil kan firman Tuhan yg dikasih ke utusannya pada masanya masing2,
    sedangkan Hadits adalah segala perkataan (sabda), perbuatan dan ketetapan dan persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum dalam agama Islam. Hadits dijadikan sumber hukum dalam agama Islam selain Al-Qur'an, Ijma dan Qiyas, dimana dalam hal ini, kedudukan hadits merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur'an.
    jadi menurut saya yg benar tuh ikuti al-quran sambil pelajari juga al-hadis,.
    sekedar pendapat saya sbgai seorang muslim.

    ReplyDelete
  2. saya gak beragama. Sebetulnya saya tau, tp saya pikir aneh juga nih, bukan kitab suci posisinya melebihin quran, jangan2 ini kitab suci.. tapi ternyata bukan!

    Justru itu, hadist selalu dibilang sumber kedua hukum islam. Kl di quran gak ada, di hadist ada, hadist yang diikuti kan? Ada berapa macam buku hadist yang kamu tau? ada berapa orang penulis hadist?

    Hebat ya, bukan kitab suci tapi posisi melebihi al quran, itu yg saya salut. Tapi, tentu aja Bukhari dan Muslim bukan nabi, kan?

    ReplyDelete
  3. Posisinya tidak melebihi mas. Kalau Anda nemu hadits yang bertentangan dengan quran, otomatis tertolak. Analoginya sama dengan ini: Di UU anda bisa nemu hukuman pencuri sekian tahun, tapi di UUD pasti gak nemu apapun (bahkan gak disinggung urusan ini sama sekali). Di US sama juga, aturan gak bisa melanggar konstitusi, tapi sehari-hari gak semua urusan diatur konstitusi. Semuanya tidak membuat konstitusi / UUD posisinya menjadi lebih rendah malah sebaliknya. Karena aturan di bawahnya yang bertentangan dapat dianulir dengan mengacu pada konstitusi/UUD.
    Yang menarik dari Quran dan Hadits, dalam Quran ada landasannya untuk mengikuti hadits, jadi keduanya memang sejalan.
    Bukhari dan Muslim memang bukan Nabi, sama spt WJS Poerwadarminta bukan pembuat bahasa Indonesia. Tapi sah saja dijadikan rujukan karena kontrolnya ada di publik. Sebagai contoh kalau di Kamus umum bahasa Indonesia ada yg gak sreg, tentunya pada protes.
    Secara tradisional, Al-Quran itu dihapal mas, bukan ditulis, kalau gak ngapalin agak sulit kalau mau shalat saja dan sampe jaman canggih skr saja masih banyak yang sanggup ngapalin dari awal sampe akhir. Begitu pula dengan hadits, secara tradisional dipraktekan bukan ditulis. Bahkan Nabi melarang menuliskannya karena takut tercampur dengan AlQuran. Semua tradisi ini menjadi alat kontrol pada penulisan keduanya secara alamiah.
    Analoginya sama kayak gini deh mas, kalo ada yang nulis kemerdekaan Indonesia 19 Desember 1948, saya yakin anak SD juga banyak yang protes (soalnya pas ulangan mereka pasti salah semua). Padahal anak2 SD itu mana lahir pas kemerdekaan? Atau misalnya ada buku wajib baru yang menulis (entah salah cetak atau kesengajaan) warna bendera kita ternyata biru kuning, padahal tiap 17 agustus kita selalu liat merah putih, yang waras pasti akan mempertanyakannya.
    Kalau mas mau membaca al-quran tentunya akan terasa perbedaan ketika baca quran dengan membaca hadits. Dari gaya bahasa dan sudut pandang saja berbeda. Dalam Quran sudut pandangnya dari Tuhan berbicara kepada umatnya. Sementara hadits sudut pandang orang ketiga yang menyaksikan Nabi melakukan sesuatu, yang kemudian dijadikan acuan untuk bertindak.

    ReplyDelete
  4. Quote: Posisinya tidak melebihi mas. Kalau Anda nemu hadits yang bertentangan dengan quran, otomatis tertolak
    --------
    Menurutku hadist ada yang bertentangan dengan al quran. Di al kahfi diceritakan tentang orang-orang beriman yang memelihara anjing. Hadist menyuruh muslim membenci anjing (baca hadist2 ttg anjing hitam = setan).

    Makanan yang diharamkan al quran hanya: darah, daging babi, bangkai. Tapi dalam hadist jenis binatangnya bertambah banyak.

    Di al a'raf 187 dikatakan pengetahuan ttg kiamat hanya ada pada Tuhan. Tapi banyak hadist membicarakan pengetahuan nabi Muhammad ttg kiamat.

    ReplyDelete
  5. Salaam,

    he..he..he... kalo hadist jadi kitab suci kedua dari agama islam, maka bukhori jadi tuhan ke-2 setelah Allah, muslim tuhan ke-3, dst. Pengarang asbabun nuzul jadi tuhan ke-7, pengarang tafsir jadi tuhan ke-....

    Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan Al Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.(QS 9:31)

    ReplyDelete
  6. salam cruiser, senang mau mampir kesini :)

    ReplyDelete
  7. Kalau hadist hanya diambil seperlunya kenapa taurat dan injil tidak boleh? Bukannya sama2x berkontradiksi dengan quran, sama2x diubah2x, sama2x tidak jelas periwayatannya, dan sama2x lainnya?

    Salam,
    Farabi.

    ReplyDelete
  8. hi @farabi saya senang kamu main kesini :)
    Tentu saja boleh. Pada akhirnya toh akal sehat yang kita pakai, apapun yang dibaca. Hadist ada yang bagus, misalnya 'belajarlah sampai ke negeri cina' (ini hadist shahih kan? sy kurang faham). Tinggal kita memilih dan memilah saja, yang mana yang bisa bikin kita jadi orang yg lebih baik. Petikan dari taurat mis: 'jangan membunuh satu nyawa, seolah2 membunuh seluruh manusia dst' juga bagus sekali.

    ReplyDelete

Post a Comment