Pengakuan: Perjalanan Panjang dari Islam ke Tidak Tahu Apa-apa

Perjalanan 15 tahun mencari-cari kenyamanan spiritual Tuhan ini ternyata terus berjalan. Yang asalnya dari keingintahuan tentang islam dan al Quran seperti di postingan ini - Pertama tama Tidak Begitu Membahayakan - sampai sekarang. Saya pikir ini proses yang bakal terus-terusan berlangsung, gak akan berhenti.

Saya sangat sadar dengan perubahan ini, dan dengan kesadaran penuh menyambut perubahan ini, sedikit takjub, kadang berusaha melihat dari jauh, apa pengaruhnya terhadap diri dan tingkah laku?

La Mariposa 88 - Diaethria Clymena Butterfly

Tahapan yang saya lalui:

1. Islam KTP - islam keturunan, pengetahuan agamanya dari guru agama, guru ngaji, ceramah-ceramah di tivi. Bisa dibilang abangan. Shalat bolong-bolong, berpuasa ramadhan, sesudah dewasa berkurban domba kalau sedang ada rejeki. Agama tidak begitu berpengaruh terhadap tingkah laku. Karena masih muda melakukan apa saja yang disuka.

2. Islam - berusaha cari tau lebih banyak tentang islam. Semangat baca al quran, baca-baca buku islam. Shalat berusaha melakukan lima waktu, tapi sangat sulit. Kadang merasa sangat terpaksa, masih tetap bolong-bolong dan akibatnya berpengaruh terhadap pandangan terhadap diri sendiri. Shalat terasa lebih ditujukan untuk kesenangan orang lain daripada kebutuhan diri. Merasa selalu tidak tuntas dalam beribadah, apapun sikap baik dan amalan, tetap merasa kurang sempurna, merasa cacat, merasa frustrasi. Merasa jadi orang munafik, dan menderita karenanya.

3. Quranist - setelah banyak membaca tentang sejarah islam dan hadist, beli lebih banyak lagi buku-buku, berani memproklamirkan diri sebagai quranist. Ini bersamaan dengan keputusan untuk berhenti shalat. Merasa pandangan terhadap citra diri lebih positif, tidak merasa munafik. Merasa bangga dengan pencapaian. Pandangan terhadap islam (sunni) sedikit banyak berubah, ada kemilitanan untuk mengganggu keyakinan orang lain. Selalu berusaha untuk berdebat dan menang. Walaupun quranist masih meyakini sejarah yang ditulis oleh para penulis hadis. Pengalaman perubahan saya tulis di postingan ini Perubahan Bentuk Hati Saya

4. Mulai mempertanyakan agama - Dipengaruhi oleh buku The Meaning and End of Religion nya WC Smith saya mempertanyakan agama seperti di postingan yang ini Spiritualitas tidak berhubungan dengan agama, itu cukup logis untuk saya. Kemilitanan sebagai quranist jauh berkurang. Berusaha melihat persoalan dari pandangan pihak lain. Menyadari bahwa sejarah sangat penting peranannya dalam agama. Malah mulai melihat bahwa agama itu adalah tradisi. Agama mengecil definisinya menjadi 'ritual beribadah' - ini pandanganku pribadi.

Pendapat CW Smith:
Agama yang dimiliki seseorang mungkin adalah tentang kesalehan dan iman, ketaatan, ibadah, dan visi tentang Allah. Sebuah 'agama' asing dilain pihak dilihat sebagai sebuah sistem kumpulan kepercayaan ritual, sebuah pola abstrak dan impersonal dari hal yang bisa diamati. Namun terjadi dialektika (penyesuaian konsep). Jika 'agama' milik sendiri diserang oleh orang yang tidak meyakini dan mengkonsep hal itu secara skematis dengan tidak sensitif, seseorang akan cenderung melompat menjadi defensif terhadap apa yang diserang, sehingga seluruh penganut kepercayaan pada saat ini - terutama mereka yang paling terlibat dalam argumen - menggunakan istilah yang sama externalist dan teoritisnya sesuai dengan lawan mereka. Agama sebagai entitas yang sistematis, seperti yang muncul pada abad ketujuh belas dan kedelapan belas, adalah konsep polemik dan apologetik.
Ket: apologetik = Pertahanan sistematis untuk membela keyakinan.

5. Tidak beragama - Kadang saya harus menjelaskan bahwa tidak beragama itu tidak berarti tidak bertuhan, atau tidak punya ritual ibadah. Agama itu cuma istilah yang mulai digunakan abad ke 17, kenapa harus penting? Di kitab-kitab suci tidak dibicarakan mengenai agama. Refleksinya dalam kehidupan adalah makin tolerannya saya terhadap segala sesuatu. Agama dengan semua ritualnya tidak mengganggu saya. Semakin menghargai tradisi. Saya tidak setuju dengan sesama quranist yang memutus tradisi lebaran. Lebaran, adalah tradisi, yang barangkali dulunya tidak berhubungan dengan agama (islam), kenapa harus membuangnya?

6. Tidak beragama dan mulai mempertanyakan sejarah islam - ini tahapan baru lagi. Saya sendiri menapakinya dengan sadar, mulai melangkah lebih jauh. Ini masalah cukup besar dan juga mempengaruhi keyakinan saya ketika membaca al Quran. Setting yang diketahu dari dulu tentang sejarah al Quran dan nabi Muhammad mulai runtuh dalam pemahaman saya. Ini tercermin dalam postingan saya Craving, Kita Tidak Tahu Apa-apa , Al Quran vs Sejarah dan sepertinya masih banyak yang akan saya posting nantinya. Keraguan yang menyeruak diam-diam seperti mendapat pengukuhan waktu membaca tulisan Jay Smith ini. Terlepas dari tujuan dia menulis hal ini, saya tidak mengakui dia sebagai orang yang mempengaruhi pendapat saya, tapi lebih sebagai penguat bahwa ada orang lain yang berpikiran mirip dengan saya.

Semoga pencarian ini membuat saya jadi manusia yang lebih baik, kabulkan ya Allah ..

Terimakasih sudah membaca ini. Semoga berguna.

Comments

  1. Kebetulan saya percaya kepada apa yang saya anggap wahyu Tuhan itu sendiri, sehingga saya belum bisa menerima hasil penelitian orang yang saya anggap belum tentu murni atau belum tentu benar.

    ReplyDelete
  2. coba ini gan, buku2nya Idries Shah
    coba googling atau di amazon.com

    recommended: The Commanding Self

    beliau membahas agama dari sudut pandang "sistem psikologi" yang memungkinkan manusia mencapai "insan kamil"

    ReplyDelete
  3. thanks berat gan, ntar gw cari bukunya

    ReplyDelete
  4. saya juga seorang (muslim) pencari kebenaran spt anda, kita punya pemikiran yang mirip...

    Saya percaya tuhan itu ada atas 2 teori yg bukan dalam kitab suci:
    Einstein: ia telah meneliti bahwa segala materi yg ada didunia berasal dari ketiadaan. (siapa yg menci[takannya kalau bukan tuhan?)
    Biologi: segala sistem yg rumit pd makhluk hidup mustahil ada dgn sendirinya tanpa pemprogram. (ibarat progarmer yg membuat game, manusia adalah orang yg menjalankan game yg sudah diprogram sempurna itu)

    Jika anda punya akun facebook, maukah anda meng-add saya sbg teman. saya "Rachmat Balsapena"...

    saya ingin saling berbagi ilmu dgn anda. Saya memahami sedikit banyak soal Alquaran dan Alkitab...

    Trims

    ReplyDelete
  5. melawan arus tidak selalu salah, dari kesalahan menemukan kebenaran,Tuhan bersama mu sebagai kamu :)

    ReplyDelete
  6. saya bukan Muslim dan saya komen di sini (ga papa kan?) ya, pada akhirnya,,,tidak bisa menurut saya belajar suatu keimanan dipadukan dengan dalil2 buku ilmiah, yang notabene adalah suatu pendapat dari sudut pandang seseorang. karena sejatinya setiap orang berbeda sudut pandangnya. menurut saya belajar dari kehidupan (praktik) sambil berpedoman pada kitab suci, dan menemukan nilai luhur dibalik itu semua sehingga kemuliaan Tuhan terpancar dari rasa syukur kita :)

    ReplyDelete
  7. Ga papa dong, saya juga bukan muslim.

    Keimanan menurutku sngt personal. Brkl seseorang mendapatkannya ketika mendengarkan ceramah, atau ketika membaca mantera kitab suci. Sementara orng lain mendapatkannya ketika dia membaca, atau ketika dia merayakan festival keagamaan.

    Betul, akhirnya tujuan kita beriman adalah menjadi manusia yang lebih baik untuk orang lain, bahkan bukan untuk tuhan. Karena menurutku berbuat baik pada manusia = berbuat baik pada Tuhan. Kl ada waktu silakan mampir ke postingan ini

    ReplyDelete
    Replies
    1. "Betul, akhirnya tujuan kita beriman adalah menjadi manusia yang lebih baik untuk orang lain, bahkan bukan untuk tuhan."

      Pemahaman saya, upaya menjadi manusia yang lebih baik yang dilandasi keimanan adalah merupakan ibadah atau penghambaan kepada Tuhan, sebagai tujuan Tuhan dalam menciptakan manusia.

      Dalam alquran disebutkan bahwa tujuan Tuhan menciptakan jin dan manusia hanya satu, yaitu agar jin dan manusia beribadah atau menghamba kepada Tuhan, bukan melakukan ritual. Karena itu, seluruh aktifitas manusia seharusnya merupakan ibadah/penghambaan.

      Delete
  8. @Budhe:"Betul, akhirnya tujuan kita beriman adalah menjadi manusia yang lebih baik untuk orang lain, bahkan bukan untuk tuhan. Karena menurutku berbuat baik pada manusia = berbuat baik pada Tuhan." dari kata2 itu saya jadi ingat ada sabda di Alkitab :"kasihilah sesamamu manusia seperti engkau mengasihi dirimu..." dan itu menjadi hukum utama dalam injil, mematahkan hukum mata ganti mata, darah ganti darah pada hukum taurat. lalu pada ayat sebelumnya :" Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap akal budimu",,,nah dua sabda Yesus ini sebenernya nyambung, kalau ditarik garis lurus maka kesimpulannya, jika kita mengasihi Allah hendaknya dengan segenap akal budi dan ketulusan, dimulai dari mengasihi diri sendiri, lalu setelahnya mengasihi orang lain seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Jadi orang yang menyakiti diri sendiri, narkoba, apalagi bunuh diri (mau pakai tali kek, racun kek, bom apalagi kek) tidak mungkin mengasihi orang lain, apalagi mengasihi Tuhannya :)

    ReplyDelete
  9. iya saya setuju sekali. dan itu susah sekali, mengasihi manusia spt mengasihi diri sendiri..
    very wise ya, kitab-kitab suci itu kadang bisa bikin nangis deh

    ReplyDelete
  10. hidup di dunia kalau di ukur dari waktu surga tdk lebih dari sehari, boleh dibilang pagi diciptakan, siang hidup, dan sore habis dan menghadap yg punya ruh
    kasihan bagi orang2 yg tersesat krn merasa ke"minter" karepe dewe...
    sama sprt sok "keminter" nya yahudi di al baqarah yg minta detail sapi yg unik untuk dijadikan kurban, pdhl perintahnya hanya untuk mengurbankan sapi saja...jadinya mbulet dan akhirnya mudeng
    dan nanti di akhir hari, saat ketemu sama yg buat matahari yg panas, pada cengok krn tidak bisa mempertahankan existensi sok "keminter" nya

    ReplyDelete
  11. saya pun seperti anda,..yakinlah Agama Muhammad diturunkan untuk memperbaiki Akhlaq (bukan untuk merubah agama Samawi yg sebelumnya)...kalau saya simple saja,..saya akan melihat agama pasti dari si penghulu Agama tersebut (dalam hal ini ISlam)..sama seperti bani quraish ketika mereka tertarik islam karena melihat Nabi Muhammad sebagai Imam sekaligus sebagai pemimpin, antara ucapannya(Al Quran) seiring sejalan dengan tingkahlaku dan perbuatannya...dan sy percaya dunia sampai saat ini tdk akan Allah tinggalkan sedetikpun tanpa Seorang Penghulu Agama Illahi yg akan mencontoh NAbi Muhammad SAW dalam hal membimbing dan memerintah suatu Bangsanya...logikanya kalau saat ini Tuhan tdk mengkaruniakan seorang Pemimpin (umaro dan Ulama)yg Adil (adil itu pada sesama, hewan, lingkungan dan juga adil pada Tuhan) maka tiada artinya ayat Al Quran tentang permohonan Nabi Ibrahim as. agar bumi ini dianugrahi pemimpin dari keturunannya hingga akhir jaman, dan Tuhan menyetujui tapi hanyalah pemimpin yg adil yg akan Tuhan kabulkan.

    nah tugas kita..sebagai manusia yg terlahir dengan akal...di dunia ini kita mesti mencarinya...mencermatinya...dimanakah pemimpin yg telah Tuhan tetapkan berdasarkan permohonan Nabi Ibrahim as itu? Dunia ini penuh dengan Umaro dan Ulama yg Zolim tapi saya yakin pasti di antara riuhnya Umaro dan Ulama yg zolim pasti Tuhan sisakan tanah di dunia ini utk Pemimpin yg Adil...pasti itu. salam

    ReplyDelete
  12. Maaf saya ikut komen...." Saya seorang guru Agama Hindu dan kini saya mengajar di salah sati SMA N di Bali,, maaf sebelumnya yang saya bahas untuk sebuah pemahaman hidup bukan menyinggung sebuah keyakinan,, mudah2an dalam blog ini kta bisa saling mengisi satu sama lain agar tetap rukun dan damai..."Menurut hindu ada empat jalan menuju dharma atau kebenaran agar mencapai Moksa/kebahagian sejati ketika atman/ruh bersatu dengan Brahman/Tuhan yang tunggal ini tujuan tertinggi dan utama. empat jalan ini disebut Catur Marga Yoga atau empat jalan menuju kebahagiaan, adapun bagiannya sebagai berikut :
    Jnana Marga : mendapatkan kebahagian dengan ilmu pengetahuan yaitu dimana orang-orang mampu menafsirkan dan memahami kitab2 suci dan mampu mengimplementasikanya dalam kehidupan sehari-hari,Bhakti Marga : mampu mengutamakan bhakti atau kesetiaan terhadap Tuhan yang maha esa dengan melakukan pendekatan diri lewat jalan tapa brata atau berpuasa dan melakukan sujud bhakti, Karma Marga : mengutamakan perbuatan dengan mengasihi sesama, saling tolong menolong sesama dan selalu melaksanakan perbuatan baik
    Demikianlah sesungguhnya banyak jalan untuk mencapai kebahagiaan dan Tuhan tidak pernah membatasi umatnya dengan cara apapun dan sebutan apapun selama yang dilakukan berdasarkan Dharma (kebenaran) dan kebenaran itu sendiri ada dalam kitab suci dan tidak ada satupun kitab suci yang mengajarkan umatnya untuk berbuat jahat...Maka hormatilah perbedaan karena dengan perbedaan akan ada suatu keindahan yang sejati...Astungkara....Svaha...

    ReplyDelete
  13. Terus Membaca dan Mencari :)Monday, August 27, 2012 1:50:00 AM

    Apa yg saya alami kok mirip sekali ya dengan tahapan berproses anda yg akhirnya menjadi "tidak beragama"... :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. gitu ya? saya yakin masih banyak lagi yang mirip dengan kita cuma disimpan dalam hati aja :)

      Delete
  14. Saya juga Non-Muslim, tapi mau men-sharingkan sesuatu yang mungkin saja berguna buat Anda:

    Ketika itu di kampus saya diadakan ESQ untuk seluruh mahasiswa : yang Muslim dan Non-Muslim dipisah. Nah, ketika selesai ESQ, pihak penyelenggara meminta testimoni dari mahasiswa Kristen/Katholik & Hindu (kebetulan di kampus saya tidak ada yang beragama Buddha) masing2 1 orang. Ketika teman saya ini maju, dia berkata seperti ini:

    "Hendaklah kita melakukan ritual-ritual kerohanian & setiap hal yang baik karna cinta kita kepada-Nya, bukan hanya sekedar ingin masuk surga dan takut neraka."

    dan orang-orang yang ada di situ, terutama pihak penyelenggara ESQ hanya terdiam bisu mendengar perkataannya.

    Dari artikel yang Anda buat, saya melihat kalau Anda merindukan bahwa orang melakukan ritual keagamaan bukan hanya sekedar "taat" tanpa cinta kepada-Nya. Ya, seperti kita yang jatuh cinta terhadap pasangan kita, maka sewajarnyalah kita terus mencari, menggali dan memahami siapa sebenarnya pasangan kita, agar kelak hidup kita dengannya bahagia. Jadi, bukan hanya sekedar "nggih" dan "nrimo.

    "RELIGION is about relationship between humans and God, not only ritual."

    ReplyDelete

Post a Comment